Rabu, 30 Juli 2008

Nyobeng




Dahulu kala suku Dayak Bidayuh yang tinggal di wilayah Indonesia dan Malaysia kerap saling berperang. Tapi sekarang, lewat gawai Dayak Bidayuh serumpun Indonesia-Malaysia, dijunjung tinggi persaudaraan dalam kemasan ritual Nyobeng untuk perdamaian.
Hasil peperangan terutama ngayau disimpan warga Dayak Bidayuh Hli Buei di rumah balug. Tengkorak musuh itu dikumpulkan di dalam rumah adat yang letaknya di tengah kampung. Setiap tahunnya tengkorak hasil ngayau dimandikan dan dibersihkan. Ada penghormatan yang diberikan secara turun temurun meski tengkorak itu dulunya adalah musuh.
Ritual Nyobeng yang dilakukan setiap tahun merupakan tanda perdamaian, melingkupi perdamaian Dayak Bidayuh serumpun yang ada di Indonesia ataupun Malaysia.
Dalam setiap kesempatan digelarnya ritual nyobeng, ada warga Malaysia yang ikut hadir dalam upacara tersebut. Memungkinkan bagi mereka (warga Malaysia) untuk ikut hadir di upacara adat tersebut. Selain karena masih satu rumpun dari Dayak Bidayuh, juga karena kampung Hli Buei terletak dekat kawasan perbatasan. Simlog, gendang panjang yang dipasang menembus lantai balug pun bertalu. Mengikuti hentakan kenong dan empat buah gong besar yang tergantung di dinding. Usai istirahat siang menjamu romongan tamu yang datang, sebuah acara seremonial pun dilakukan.

Saat makan siang, hidangan yang diberikan merupakan menu netral. Artinya, hidangan untuk tamu dapat disantap semua. Hanya saja, penyajiannya memang dikemas secara tradisional. Nasi dan sayur yang dibagikan dibungkus terpisah menggunakan daun. Diletakkan berjejer di depan tamu. Selain itu, ada pula lauk yang disimpan dalam wadah bambu yang sudah diraut dan dibentuk memanjang seperti palung kecil. Kenikmatan santapan terasa meski berbumbu sederhana karena aura tradisional.
Seremonial usai, ritual nyobeng pun kembali dilanjutkan. Diantaranya memotong bambu, mendirikan sangial atau tempat sesajian. Dilanjutkan dengan memotong ayam sebagai tanda persembahan kemudian memotong anjing untuk menolak bala. Sejumlah warga berpakaian adat duduk berkumpul di dekat tiang-tiang rumah balug. Ada menu makanan yang dihidangkan dan dibagikan diantara mereka. Ritual-ritual yang mereka lakukan pun terus berlanjut hingga sebagian rombongan tamu meninggalkan tempat upacara. Malam harinya, barulah masuk pada acara puncak untuk memandikan barang pusaka nenek moyang Dayak Bidayuh yang diturunkan dari generasi ke generasi. Ritual itu dilaksanakan di rumah balug.

Selasa, 29 Juli 2008

KANTOR SATU ATAP














KANTOR BUPATI BENGKAYANG

DIRESMIKAN PADA TANGGAL 16 FEBRUARI 2005 OLEH GUBERNUR KALIMANTAN BARAT USMAN DJAFAR.

LUAS BANGUNAN KANTOR BUPATI BENGKAYANG INI ADALAH 9.460 M2, TERDIRI DARI 5 LANTAI YANG DI DESAIN SESUAI DENGAN KONTUR TANAH.

LANTAI 1 (BAGIAN BAWAH) DENGAN LUAS BANGUNAN 1.196,63 M2 , DIPERUNTUKAN ANTARA LAIN UNTUK RUANGAN:


1. KANTOR BAPPEDA

2. KANTOR BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH


LANTAI 2 DENGAN LUAS BANGUNAN 855,91M2 DIPERUNTUKAN ANTARA LAIN UNTUK :

1. RUANG BUPATI

2. RUANG WAKIL BUPATI

3. RUANG RAPAT

LANTAI 3 DENGAN LUAS BANGUNAN 1.594,16M2 DIPERUNTUKAN ANTARA LAIN UNTUK :

1. RUANG SEKRETARIS DAERAH

2. RUANG ASISTEN I, DAN II

3. RUANG DATA

4. MUSHOLA

5. BAGIAN PEMERINTAHAN

6. BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI

7. BAGIAN BINA PEMBANGUNAN

8. BAGIAN UMUM KEUANGAN DAN PERLENGKAPAN

9. BAGIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN & KESRA

10. BAGIAN HUMAS DAN PROTOKOL

11. BAGIAN PEMDES


LANTAI 4 DENGAN LUAS BANGUNAN 2.761,93M2 DIPERUNTUKAN ANTARA LAIN UNTUK :

1. DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN LH

2. DINAS PERINDAGKOP

3. RUANG RAPAT

4. DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

5. DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

6. BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH

7. KANTOR KESBANG DAN LINMAS

8. PERPUSTAKAAN

9. POLIKLINIK


LANTAI 5 DENGAN LUAS BANGUNAN 3.052,45 M2 DIPERUNTUKAN ANTARA LAIN :

1. RUANG PAMERAN

2. RESTAURAN

3. CAFÉ

4. THEATER


TOP FLOOR (LANTAI 5) JUGA DAPAT DIPERGUNAKAN OLEH MASYARAKAT LUAS UNTUK ACARA-ACARA SEPERTI : PAMERAN, RESEPSI PERNIKAHAN, ULANG TAHUN DAN BERBAGAI KEGIATAN LAINNYA.